Blogroll

Sabtu, 16 April 2011

Ketika Jemari Bambang Pamungkas Menari

Salah satu pemain sepak bola Tanah air terbaik yang pernah dilahirkan Indonesia, Bambang Pamungkas, membukukan kemampuannya yang lain yang bukan dengan kaki: menulis otobiografi.

Bertajuk Bepe20: Ketika Jemariku Menari, penyerang klub Persija Jakarta itu secara resmi meluncurkan buku karyanya itu di Kantor Redaksi Bola, Jln. Palmerah Selatan, Jakarta, Sabtu (16/4/2011), dihadiri wartawan dan puluhan penggemarnya.

Pada buku setebal 383 halaman itu Bepe -- nama populernya -- mengupas perjalanan kariernya, menjawab banyak pertanyaan yang belum diketahui publik, berbagi pandangan dan kritik seputar tim nasional, klub, hingga PSSI.

Menurut pria kelahiran Getas, Kebupaten Semarang, 10 Juni 1980 itu, salah satu alasannya membuat tulisan sendiri dan kemudian mempublikasikannya -- bermula dari blog di tahun 2007 -- adalah ia ingin masyarakat mengetahui pribadi dan pikiran-pikirannya secara langsung, tidak melulu dari media massa, yang dinilainya kerap biasa.

"Saya 'terpaksa' menulis karena sering kali saya tidak puas dengan apa yang dikatakan media. Dengan menulis sendiri, tanpa diedit, saya ingin masyarakat bisa tahu kehidupan saya, dari awal sampai sekarang, sebagai pribadi maupun pemain sepakbola," tutur Bepe.

"Dengan menuliskan apa-apa yang pernah saya alami dan sampaikan, saya bisa terus belajar, termovitasi untuk lebih baik lagi, dan agar saya senantiasa 'menginjak bumi'.

"Saya juga ingin berbagi pengalaman dengan pemain-pemain lain termasuk untuk generasi setelah saya, bahwa misalnya, tidaklah gampang menjadi pemain timnas. Banyak tekanan ketika kita menjadi pemain timnas," sambungnya.

Buku tersebut bersampul hitam dengan foto Bepe berpakaian jas gelap berdasi, sambil memegang bola.

Di bagian awal buku terdapat testimoni berbagai kalangann dan juga komentar via akun jejaring sosial Twitter, mulai dari pelatih, manajer, sesama pemain, sampai teman-teman dekatnya.

"There is only 1 MAN, 1 HERO, and 1 LEGEND ... His name is ... Bambang Pamungkas!" Demikian sebuah testimoni dari penyerang "baru" timnas Indonesia, Irfan Bachdim, di buku tersebut.

Garis besarnya buku Bepe terdiri tiga bagian, yaitu mengulas hal-hal seputar timnas, klub, dan umum. Di tengah-tengahnya disisipi kumpulan foto perjalanan hidup dan karier, serta foto artistik khusus yang dilakukan di dalam studio.

Yang tak kalah menarik, semua hasil penjualan buku akan disumbangkan Bepe kepada dua yayasan yang selama ini mendukung dia, yaitu syair.org (Syair Untuk Sahabat Foundation), serta Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia, sebuah yayasan yang peduli pada anak yang hidup dengan kanker.

"Sebagai manusia kita punya tanggung jawab moral. Saya sempat bertanya pada diri sendiri, 'saya cuma pemain bola, apa yang bisa saya lakukan?' Kemudian saya diberitahu ada yayasan ini. Saya juga berharap, lebih banyak lagi orang yang tergerak hatinya untuk membantu saudara-saudara yang tidak seberuntung kita," tutur bapak tiga anak dan suami Tribuana Tungga Dewi itu.

Saat ditanya alasan memakai kalimat "jemari menari" sebagai judul buku pertamanya itu -- tulisan pertama Bepe adalah sebuah surat (terbuka) untuk The Jakmania di tahun 2004 --, dia menjawab:

"Menulis adalah sebuah ekspresi yang tidak memakai kaki, tapi tangan, dan dengan itu saya mengekspresikan pemikiran-pemikiran, pemahaman-pemahaman saya tentang sepakbola dan kehidupan saya."

"Apa yang saya tuliskan ini adalah sebenar-benarnya, mencoba sangat jujur. Yang salah ya salah, yang bagus saya katakan bagus," tutup pemilik 86 caps dan pengoleksi 39 gol untuk timnas Indonesia itu (termasuk ujicoba internasional).

Salah satu pembeli buku Bepe20 dan Penggemar Bambang Pamungkas